Slamet Rahardjo Membintangi Agrafi, Ini Deretan Film Lawas yang Dibintanginya Semasa Muda

Slamet Rahardjo Membintangi Agrafi, Ini Deretan Film Lawas yang Dibintanginya Semasa Muda

Aktor Slamet Rahardjo membintangi film terbaru, Algrafi. Film ini mengisahkan Algrafi, yang diperankan oleh Junior Roberts. Ia dipaksa kembali ke Indonesia setelah pendidikannya di Amerika Serikat gagal. Algrafi berasal dari keluarga kaya yang tidak memiliki kebebasan untuk memilih pasangan, karena perjodohan tidak terduga yang sudah direncanakan oleh sang eyang, yang diperankan oleh Slamet Rahardjo. Film Algrafi sudah tayang di Viu Premium Plus pada Senin, 24 Juni 2024.

Sebelumnya, nama Slamet Rahardjo melejit setelah membintangi film Siksa Kubur garapan Joko Anwar. Film Siksa Kubur dibintangi Faradina Mufti, Reza Rahadian, Happy Salma, Fachri Albar, Putri Ayudya, Cristine Hakim, Slamet Raharjo, Arswendi Bening, Niniek L. Karim, dan Jajang C. Noer. Adapun pemeran baru Runny Rudiyanti, Haydar Salishz, Muzakki Ramdhan, Widuri Puteri.

Slamet Rahardjo Djarot, ia aktor senior dan sutradara. Ia lahir di Serang, Banten, pada 21 Januari 1949. Ia telah berkarya di bidang perfilman selama setengah abad. Banyak film yang telah dibintanginya. Berikut film lawas yang pernah dibintangi Slamet Rahardjo.
1. Tjoet Nja’ Dhien (1988)Dikutip dari IMDBTjoet Nja’ Dhien film epik sejarah yang mengisahkan perjuangan Cut Nyak Dien (Christine Hakim) melawan penjajahan Belanda di Aceh. Berkisah pada 1896, film ini menampilkan kisah heroik Dhien yang mengambil alih kepemimpinan pasukan gerilya setelah suaminya, Teuku Umar (Slamet Rahardjo) tewas dalam penyergapan.

Disutradarai oleh Eros Djarot film ini memenangkan Piala Citra sebagai Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 1988. Tjoet Nja’ Dhien juga diajukan sebagai kandidat untuk penghargaan Film Berbahasa Asing Terbaik di Academy Awards ke-62 tahun 1990, tapii tidak lolos nominasi. Pada Mei 2021, film ini dirilis kembali.

2. November 1828 (1979)

November 1828 film yang disutradarai oleh Teguh Karya. Film ini dibintangi oleh Slamet Rahardjo, Rachmat Hidayat, dan Yenny Rachman. Mengisahkan pemberontakan kelompok penduduk desa di Jawa melawan penjajahan. Film ini mengeksplorasi tema-tema loyalitas dan pengkhianatan.

Dalam proses produksinya, skrip film ini disunting oleh Bondan Winarno. Film ini menampilkan ketegangan dan perjuangan rakyat Jawa dalam menghadapi penindasan, sekaligus menyoroti konflik internal yang menguji kesetiaan para tokoh utamanya.

3. Badai Pasti Berlalu (1977)

Badai Pasti Berlalu mengikuti kehidupan Siska (Christine Hakim) yang hatinya hancur setelah mengetahui, Leo (Roy Marten) hanya mendekatinya demi taruhan uang. Siska kemudian bertemu dengan Helmy (Slamet Rahardjo), pianis miskin. Namun Helmy menghancurkan bisnis ayah Siska, ia menemukan kembali kebahagiaannya bersama Leo. Film ini menampilkan dinamika hubungan yang rumit dan pengorbanan.

4. Ranjang Pengantin (1974)

Ranjang Pengantin  salah satu film terkenal yang dibintangi oleh Slamet Rahardjo. Dikutip dari Indonesian Film Center, film ini menggambarkan kehidupan rumah tangga yang penuh konflik dan tantangan sehari-hari. Kisah berfokus Bram (Slamet Rahardjo) dan Nona (Lenny Marlina) yang hidup dalam kesulitan finansial setelah menikah tanpa restu orangtua.

Ketika Nona hamil anak ketiga, Bram mengidap penyakit paru-paru. Kondisi ini memaksa Nona untuk bekerja sebagai penjahit. Konflik memuncak saat Bram bunuh diri setelah menulis surat untuk Nona. Film ini dikenal karena penggambaran realistis kehidupan keluarga miskin di kota besar, yang menambah kedalaman dan ketegangan dalam alur cerita.

5. Wadjah Seorang Lelaki (1971)

Film Wadjah Seorang Lelaki menampilkan Slamet Rahardjo sebagai Amallo, seorang pemuda yang memberontak melawan ayahnya, Umbu Kapitan (W. D. Mochtar), karena perlakuan buruk terhadap ibunya. Kisah ini berlatar belakang Batavia pada abad ke-19 dan menggambarkan perlawanan Amallo terhadap ayahnya yang suka mabuk-mabukan dan menikah lagi setelah kematian istrinya.

Pemberontakan Amallo juga melibatkan pencurian senjata dan kuda dari Kompeni Belanda, di mana ayahnya bekerja. Film ini menampilkan pergulatan batin Amallo yang juga dipenuhi romansa dengan beberapa perempuan. Tragisnya, Amallo tewas ditembak oleh ayahnya saat berupaya mencuri kuda.

Exit mobile version